Recent Post

hikmah penyembelihan hewan secara syariat islami

hikmah penyembelihan hewan secara syariat islami
Dalam terminologi islam, penyembelihan ( tadzkiyah) ialah proses penyembelihan hewan dengan teknik tertentu sehingga darah keluar dari tubuh hewan yang di sembelih Dan proses itu hanya bisa sempurna dengan cara memotong urat utamanya.

Pada waktu penyembelihan si penyembelih tidak boleh memotong kepala hewan ( hingga terpisah tubuhnya) agar hubungan antara otak dan jantung hewan tersebut tetap tersambung. Mengapa ? Sebab denyut jantung dapat memompa aliran darah secara keseluruhan keluar dari tubuh hewan. Apabila hubungan antara otak dan jantung masih ada, maka denyut jantung itu masih terus ada.
Dengan demikian, semua darah yang ada dalam tubuh hewan itu akan terpompa keluar, sehingga hewan yang di sembelih itu suci dan steril dari mikroba mikroba yang terkandung didalam darah

Tujuan lain dari teknik penyembelihan seperti ini adalah agar kematian hewan itu tidak disebabkan tikaman bengis yang diarahkan pada salah satu organ tubuh yang vital, seperti otak jantung dan hati. Dengan memotong urat leher tempat masuknya makanan dan nadaf (warid raisi), semua darah dapat keluar dari tubu hewan karena jantung masih teruus berdenyut, sehingga darah itu benar benar habis. Dan inilah teknik paling baik dalam penyembelihan.

Perbedaan cara penyembelihan Hewan secara islami di banding (vs) dunia barat

Banyak orang beranggapan bahwa cara menyembelihan yang di lakukan secara islami yang kesanya '' kejam'' sebab cara penyembelihan hewanya dalam keadaan sadar dan masih hidup, lalu sehabis di sembelih hewan itu akan meronta ronta dan akan banyak mengeluarkan darah kemudian setelahproses penyembelihan itu tampak. Laih halnya penyembeilhan secara barat, yang proses penyembelihanya dengan cara hewannya itu sudah dibius dahulu, yang katanya lebih berperikehewanan sebab hewannya tidak meronta ronta sehabis di sembelih?.

Namun, benarkah anggapan seperti itu?
Mari kita simak penelitian berikut ini yang di lakukan oleh dua staf ahli peternakan dari Hannover University (universitas terkemuka di negara Jerman) yaitu : Prof.Wilhelm Schulze dan koleganya, Dr. Hazim. dua orang itu memimpin satu tim penelitian terstruktur guna menjawab pertanyaan:
lebih baik dan cara yang paling tidak sakit manakah, proses penyembelihan hewan secara islami (dengan cara hewan masih sadar dan hidup) dibanding penyembelihan versi barat ( dengan membiusnya terlebih dahulu/ hewan dalam keadaan pinsan?

Adapun hewan yang di gunakan untuk penelitian, kedua orang tersebut memilih sapi yang sudah dewasa. Yang kemudian di otak kecil sapi tersebut di pasang elektroda (microchip) atau sering dikatakan Electro-Encephalograph (EEG). Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak, guna merekam dan mencatat derajat rasa sakit, saat sapi disembelih. lalu di bagian jantung sapi tersebut di pasang Electro Cardiograph (ECG) guna merekam aktivitas jantung ketika darah keluar ketika hewan itu disembelih.
Guna menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG maupun ECG yang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa minggu.kemudian sehabis masa adaptasi dirasa sudah cukup. maka setengah dari sekelompok sapi itu disembelih secara Islami (sesuai syariat islam), dan separuh sisanya disembelih dengan menggunakan metodepemingsanan yang diadopsi Barat. Dalam Syariat Islam, penyembelihan dilakukandengan menggunakan pisau yang tajam, denganmemotong tiga saluran pada leher bagiandepan, yakni: saluran makanan, saluran nafasserta dua saluran pembuluh darah, yaitu: arterikarotis danvena jugularis.
Harus anda ketahui disini, bahwa pada syariat Islam tidak merekomendasikan metoda atau teknik pemingsanan(dibius dahulu).
Namun Sebaliknya, cara yang dilakukan orang Barat malahan mengajarkan atau bahkan mengharuskan agar hewan itu dibius sebelum di sembelih (peminsanan). Selama penelitian, EEG dan ECG pada semua sapi sapi itu dicatat guna merekam & mengetahui keadaan otak dan jantung sejak sebelum pemingsanan (atau penyembelihan)sampai hewan tersebut benar benar dinyatakan mati atau nyawanya telah tiada.

Adapun hasil penelitian kedua orang tersebut dapat diperoleh beberapa hal sebagai berikut;

  • Penyembelihan hewan secara Islami

  • berkat dari penyembelihan secara islami memeroleh hasil berikut ini ;

    1). Saat tiga detik pertama sehabis hewan itu disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini menunjukkan bahwa pada 3 detik awal sehabis disembelih itu tidak ada indikasi rasa sakit.

    2).pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yang mirip sekali dengan kejadian tidur nyenyak (deep sleep) sehingga mengakibatkan sapi itu menjadi kehilangan kesadaran. Pada detik itu pula tercatat oleh ECG yang menunjukkan jantung mulai meningkat aktivitasnya.

    3). kemudian setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luar biasa yang berasal dari jantung guna menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh badan hewan itu (anggota tubuh ) lalu memompa darah itu keluar.
    faktor ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). ketika darah keluar lewat ketiga saluran yang sudah diputus pada bagian leher hewan itu, grafik EEG tidak naik, tapi malahan menjadi drop (turun) sampai kezero level (angka nol).
    Ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu bahwa;
    No feeling of pain at all! (tidak ada rasa sakit sama sekali).

    4).karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka akan menghasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang mana bagus dikonsumsi bagi tubuh manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan seperti ini sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang mana menghasilkan Healthy Food.


  • Penyembelihan Secara Barat


  • 1). sehabis hewan dilakukan proses stunning(pemingsanan), sapi itu kemudian jatuh dan collaps (roboh). lalu sapi tidak bergerak sama sekali, yang menjadikan mudah di kontrol.
    sehingga menjadikan sapi bisa mudah disembelih tanpa hewan meronta ronta, dan (kelihatanya) tidak (mengalami) rasa sakit.
    ketika sapi disembelih, darah yang keluarkan hanya sedikit, yang mana tidak sebanyak seperti proses penyembelihan tanpa memakai proses stunning (pemingsanan).

    2). kemudian sehabis proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG. Bahwa ini mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang di derita oleh ternak (sebab kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).

    3).grafik EEG kemudian meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. nah ini menunjukkan bahwa ada peningkatan rasa sakit yang luar biasa, yang mana menjadikan jantung berhenti berdetak lebih awal.
    Akibatnya, jantung menjadi kehilangan kemampuannya guna menarik darah dari seluruh anggota tubuh, dan juga tidak dapat lagi memompa dara keluar dari organ tubuh sapi tersebut.

    4).Sebab darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal,maka kan mengakibatkan darah itu menjadi beku dalam urat-urat darah dan daging sapi itu, yang mana menyebabkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang mana daging jadi tidak layak untuk dimakan manusia.

    Disampaikan oleh khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar ketika hewan mati/disembelih) merupakan sebagai tempat atau media yang sangat bagus untuk bertumbuhnya bakteri pembusuk, yang mana merupakan agen utama merusak kualitas daging tersebut.

    Bukan Ekspresi Rasa Sakit! Meronta-ronta dan meregangkan otot ketika hewan disembelih yang nyatanya bukanlah ekspresi rasa sakit!
    Sangat jauh berbeda dengan dugaan kita pada awalnya. Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama, bahwa setiap darah yang mengalir keluar dari organ tubuh yang terluka, pasti disertai rasa sakit dan nyeri. Lebih lebih keluarnya dari leher dengan luka terbuka yang menganga lebar !
    Tapi ternyata Hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim malahan membuktikan yang hal yang sebaliknya.
    Yaitu bahwa pisau tajam yang mengiris leher (sebagai cara islam dalam menyembelih hewan) kenyataanya bukanlah menyentuh saraf rasa sakit.
    akhirnya kedua orang tersebut menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot tidaklah sebagai ekspresi rasa sakit, tetapi justru sebagai ekspresi keterkejutan otot dan saraf saja (yaitu ketika darah mengalir keluar dengan deras).

    kenapa demikian? Hal ini ternyata tidak terlalu sulit untuk terangkan, sebab grafik EEG tidak membuktikan juga tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu.

    Nah sekarang sudah tahu kan perbedaanya?
    Bahwa proses penyembelihan seperti yang di ajarkan nabi muhammad teryata hasilnya sangat baik. Dan sekaligus menunjukkan kebenaran kenabian Nabi Muhammad Saw yang tidak mengucapkan apapun berdasarkan nafsunya, melainkan yang beliau ucapan adalah wahyu dari allah. Manakala rasulullah Saw memerintahkan kita menjalankan sunnah sunnah ini, maka tidak lain karena menyimpan suatu hikmah yang baru dapat di ungkap oleh ilmu pengetahuan sedikit demi sedikit.

    Semoga bermanfaat.!
    Referensi ;
    kompasiana.com/post/agama/2010/10/25/penyembelihan-hewan-dalam-islam-vs-barat-fakta/



    Tag:
    Cara menyembeih hewan ala nabi muhammad, bagaimana cara menyembelih yang benar dalam islam, pengertian tazkiyah, menyembelih secara syariat islami, tata cara cara menyembelih hewan yang baik dan benar, bagaimana niat menyembelih hewan, kenapa islam mengajarkan seperti itu?, apa bedanya penyembelihan islam, hewan qurban, sapi unta kambing , ayam, arab tips trik tutorial langkah langkah menyembelih , rahasia menyembelih menurut syariat islam, definisi pengertian menyembelih tanpa resiko. Bahaya dampak efeksamping positif negatif akibat sebab menyembelih secara islam.